Jakarta bergerak cepat merespons darurat bencana yang melanda tiga provinsi di Sumatera—Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pada Jumat (28/11/2025), Pemerintah Pusat mengirimkan gelombang bantuan logistik dan peralatan mendesak untuk menanggulangi dampak banjir dan tanah longsor yang melumpuhkan sebagian wilayah di ketiga provinsi tersebut.

Sekretaris Kabinet, Letkol Teddy Indra Wijaya, mengonfirmasi keberangkatan bantuan dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Ia menegaskan bahwa bantuan yang dikirim hari ini telah disesuaikan berdasarkan kebutuhan mendesak yang dilaporkan dari lapangan.

“Jadi hari ini diberangkatkan sesuai kebutuhan,” jelas Teddy, menekankan aspek responsif pemerintah terhadap situasi di wilayah terdampak.

BACA JUGA : Simpati Pabrikan Otomotif: Toyota Siapkan Respons Bencana Banjir Aceh

Prioritas Logistik dan Komunikasi

Bantuan yang diberangkatkan mencerminkan prioritas penanganan darurat di lapangan, yaitu evakuasi, penampungan, dan pemulihan komunikasi. Paket bantuan utama meliputi:

  • Akomodasi Darurat: Sekitar 150 tenda untuk menampung ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal atau terpaksa mengungsi.
  • Evakuasi dan Akses: 64 perahu karet untuk mempercepat proses evakuasi dan distribusi bantuan di wilayah yang terisolasi oleh banjir.
  • Dukungan Energi: Genset (generator set) sebagai sumber listrik darurat di posko pengungsian dan fasilitas vital yang terputus jaringannya.
  • Pemulihan Komunikasi: Sekitar 100 perangkat komunikasi darurat untuk memulihkan jaringan dan koordinasi di lokasi yang terdampak parah.

Selain peralatan keras, bantuan kemanusiaan juga mencakup bahan makanan siap saji, yang krusial untuk memastikan kebutuhan nutrisi dasar korban terpenuhi dalam masa tanggap darurat.

Keterlibatan Tenaga Medis dan Instruksi Presiden

Letkol Teddy Indra Wijaya juga memastikan kehadiran tenaga ahli di lokasi bencana. Tim medis, yang terdiri dari dokter dan perawat dari unsur TNI dan Kementerian Kesehatan, diberangkatkan bersama bantuan obat-obatan. Kehadiran tim ini vital untuk mencegah timbulnya penyakit pascabencana dan memberikan layanan kesehatan bagi para korban yang mengalami luka atau sakit.

Respons cepat ini, menurut Teddy, merupakan tindak lanjut dari instruksi langsung Presiden sejak hari pertama bencana. “Sejak hari pertama, tanggal 25 November, Bapak Presiden sudah langsung menginstruksikan kepada Bapak Menko PMK untuk mengoordinir secara langsung terkait penanganan bencana,” ujarnya.

Pengerahan bantuan dilakukan secara berkelanjutan, menggunakan kombinasi pesawat TNI dan pesawat maskapai sipil untuk mengangkut seluruh kebutuhan logistik ke titik-titik distribusi di Sumatera. Ini menunjukkan koordinasi lintas sektor yang diintensifkan untuk memastikan bantuan menjangkau seluruh wilayah yang membutuhkan.

Kehadiran Negara Pasca Tragedi

Pengiriman bantuan logistik ini adalah representasi dari Kehadiran Negara dalam fase tanggap darurat, memberikan pertolongan pertama yang sangat dibutuhkan warga di tengah keputusasaan. Tendangan tenda, perahu karet, dan perangkat komunikasi adalah simbol bahwa pemerintah tidak berpangku tangan atas duka yang dialami rakyat Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Namun, pengiriman bantuan pascabencana ini hanyalah permulaan. Tantangan sebenarnya bagi Pemerintah Pusat dan Daerah adalah bagaimana mengubah respons reaktif ini menjadi mitigasi proaktif yang telah berulang kali ditekankan. Bantuan darurat adalah solusi jangka pendek. Masyarakat kini menanti kelanjutan dari kehadiran negara, yaitu melalui audit lingkungan yang tegas, penegakan tata ruang yang disiplin, dan pembangunan infrastruktur yang kokoh, agar tahun depan, tenda dan perahu karet tidak lagi menjadi kebutuhan mendesak di bumi Sumatera.