Presiden Prabowo Subianto menyoroti kelapa sawit sebagai karunia alam luar biasa dan aset strategis Indonesia yang mampu mengatasi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Dalam pidato di HUT ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat (5/12/2025), Prabowo menekankan bahwa kemandirian energi adalah kunci utama ketahanan nasional.

“Kalau kita tergantung impor, kita tidak mampu bayar nanti harga BBM,” kata Prabowo, seraya menambahkan, “Tapi kita diberikan karunia oleh Yang Maha Kuasa, kita punya kelapa sawit. Kelapa sawit bisa jadi BBM, bisa jadi solar, bisa jadi bensin juga, kita punya teknologinya.”

BACA JUGA : Tragedi di Diskotek Surabaya: Pengunjung Tewas Dihabisi Teman Akrab Setelah Pesta Miras

Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen pemerintah untuk mempercepat pemanfaatan minyak sawit mentah (CPO) menjadi bahan bakar nabati, seperti biodiesel, yang merupakan solusi nyata untuk mengurangi impor BBM fosil. Pemanfaatan ini tidak hanya mengamankan pasokan energi, tetapi juga memberikan nilai tambah signifikan bagi komoditas pertanian unggulan Indonesia.

Antisipasi Geopolitik dan Krisis Pasokan

Prabowo juga mengaitkan kebutuhan mendesak akan energi terbarukan domestik dengan situasi geopolitik global. Ia memperingatkan bahwa konflik berkelanjutan, seperti perang di Eropa, dapat secara drastis mengganggu rantai pasok global dan menghambat impor BBM.

“Perang lanjut di Eropa, bisa-bisa kita tidak bisa impor BBM dari manapun. Selat di Laut Merah, di depan Yaman, terhenti. Nanti (Selat) Hormuz bisa terhenti,” ujarnya.

Skenario terputusnya jalur pelayaran strategis ini menunjukkan bahwa mengandalkan sumber energi dari luar negeri adalah risiko besar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengolah kelapa sawit menjadi BBM domestik sangat krusial untuk melindungi kepentingan nasional dan memastikan ketersediaan energi dalam kondisi paling kritis sekalipun.

Pentingnya Penguasaan Teknologi

Lebih dari sekadar memiliki sumber daya alam, Kepala Negara menekankan bahwa penguasaan teknologi dan kesiapan industri pengolahan adalah faktor penentu keberhasilan.

“Kalau kita tidak hati-hati, kalau kita tidak punya teknologi, kalau pabrik-pabrik pengolahan tidak siap kalau terjadi apa-apa, baru kita nanti merasakan,” ucapnya.

Prabowo mencontohkan kondisi darurat pasca-bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera, di mana terputusnya infrastruktur seperti jembatan membuat penyaluran BBM menjadi sangat sulit, bahkan harus menggunakan pesawat dan kapal. Kasus ini menunjukkan bahwa rantai pasok energi harus tangguh dan siap menghadapi gangguan logistik, yang dapat dicapai melalui diversifikasi sumber dan kesiapan teknologi pengolahan.


Penanganan Bencana di Sumatera dan Reaksi Cepat Pemerintah

Di tengah acara puncak HUT Partai Golkar yang bertajuk “Doa untuk Bangsa,” Presiden Prabowo turut menyampaikan rasa duka dan fokus pemerintah terhadap bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera.

“Kita berkumpul saat sebagian saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sedang mengalami musibah,” kata Prabowo.

Prabowo menegaskan bahwa pemerintah pusat telah mengambil langkah cepat dan terkoordinasi dalam menangani bencana tersebut. Ia memastikan bahwa alat-alat negara segera hadir di lokasi untuk memberikan bantuan dan mengatasi dampak yang ditimbulkan.

“Kita buktikan, rakyat melihat reaksi pemerintah cepat, reaksi pemerintah mengatasi masalah, kita sudah buktikan sekarang. Rakyat melihat ada musibah di bagian wilayah tanah air kita, tetapi alat-alat negara segera hadir,” tutupnya, memberikan jaminan bahwa penanganan bencana menjadi prioritas utama.